Mimbarmalutcom – Wali Kota Ternate, Tauhid Soleman kembali disuarakan terlibat skandal korupsi di Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI).

Puluhan aktivis yang mengatasnamakan Front Pemuda Pelajar Maluku Utara ini kemudian mendatangi gedung merah puti KPK RI dengan tujuan mengkampanyekan sejumlah korupsi dan nepotisme yang dilakukan oleh orang nomor satu di lingkup Pemerintah Kota Ternate yakni, Tauhid Soleman selaku Wali Kota.

Mansur A. Dom, koordinator lapangan aksi, dengan berapi-api membeberkan serangkaian dugaan korupsi yang mencengangkan. Ia menyoroti kasus pembelian eks Rumah Dinas Gubernur Maluku Utara di Kelurahan Kalumpang.

Dimana kata dia, sebuah transaksi mencurigakan senilai Rp2,8 miliar yang hingga kini masih terkatung-katung tanpa kejelasan. Lebih memperjelas lagi, nama M. Rizal Marsaoly selaku Sekretaris Kota Ternate, yang kini menjabat sebagai Sekda Kota Ternate, turut terseret dalam pusaran kasus ini.

Mansur menegaskan, dugaan korupsi yang melibatkan Tauhid Soleman dan Rizal Marsaoli hanyalah puncak gunung es. Tauhid juga dituding terlibat dalam skandal korupsi dana Covid-19 yang dikelola Pemkot Ternate, dengan nilai fantastis mencapai Rp 22 miliar.

Menurutnya, seolah belum cukup jejak Tauhid juga tercium dalam kasus korupsi dana Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2018 senilai Rp 2,8 miliar.

Ironisnya, meski Sukarjan Hirto selaku Sekretaris Panitia telah dijerat hukum, namun Tauhid yang kala itu menjabat sebagai Ketua Panitia justru lolos dari jerat hukum, sebuah anomali yang mengundang tanya.

Meski begitu, proyek sarana prasarana kejaksaan pun tak luput dari sorotan. Pemerintah Kota Ternate, di bawah komando Tauhid Soleman, dengan murah hati mengucurkan dana miliaran rupiah untuk membangun lima unit rumah dinas dan mes pegawai kejaksaan.

Tak sampai disitu, bahkan anggaran sebesar Rp 3,3 miliar digelontorkan untuk pembangunan kantor pengelolaan rusunawa dan pagar rusunawa kejaksaan, kucuran dana yang begitu royal ini menimbulkan kecurigaan adanya gratifikasi dan suap terselubung.

Ghun Wahys
Editor
Fikram Sabar
Reporter