Oleh: Andre Sudin

Tak bisa dipungkiri, pendidikan dan latar belakang keluarga mencipta sikap dan cara pandang seseorang. Kondisi itu menempa orang sekuat baja atau selembut sutera. Begitu pun dengan Santrani Abusama, Komisaris PT. SMI (Saruma Mining Indonesia). Sebuah perusahan tambang yang didirikan Santrani Abusama bersama sekelompok anak muda.

Dimata banyak orang, Santrani Abusama adalah orang hebat. Namun, sosok yang di pandang hebat itu, ternyata memiliki jejak hidup yang amat pedih. Setapak demi setapak hingga Komisaris.

Santrani terlahir dari keluarga sederhana. Ayah bernama Muhammad Safi Abusama. Ibu bernama Hj. Rahma Binti Dajuhar. Santrani nomor dua dari lima bersaudara. Dua perempuan dan tiga lelaki.

Santrani lahir di Ternate, 29 Oktober 1975 tepatnya di Kelurahan Kampung Pisang, Ternate Tengah. Semasa kecilnya, Santrani kerap membantu ibunya berjualan di pasar. Hampir setiap hari aktivitas itu ia lakukan.

Latar belakang itu, membuat Santrani kenal dan bersinggungan dengan kondisi masyarakat sedari kecil. Ayahnya meninggal saat Santrani duduk dibangku kuliah. Kepergian sang ayah, sangat mempengaruhi psikologi dan ruang sosial di keluarga.

Orangtua perempuan memainkan peran publik dan domestik. Sebagai bapak dan ibu. Hal itu sesuatu yang sulit. Setiap masalah yang ia hadapi, Santrani hanya bisa bercerita kepada ibunya.

Kehilangan figur ayah sangat berat. Tapi dibalik itu, jiwa saling menguatkan dan melindungi. Kondisi itu membuatnya untuk tampil memimpin.

“Nasib itu tergantung pada kita. Sejauh mana kita bergerak, berbuat baik, ikhtiar dan berdoa,” kata Santrani.

Walau terlahir dari keluarga sederhana, ibunya selalu berpesan pada anak-anak, terutama Santrani, agar selalu berbagi kebaikan dengan orang lain.

“Hidup ini apa yang kita cari? Kalau pada akhirnya (meninggal) yang dibawah hanya amal, maka satu yang saya tunjukan adalah pengabdian,” kata Santrani.

Menjadi Aktivis

 

Masuk kuliah jurusan Teknik Industri, UMI Makassar. Santrani bergaul dan kenal banyak orang. Di Makassar, Santrani mengikuti pengkaderan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tahun 1996, ia menjadi Pengurus Komisariat HMI UMI Makassar. Di tahun yang sama, ia kemudian menjadi Pengurus Cabang HMI Botolempangan Makassar.

Saat ini, Santrani dipercayakan menahkodai MPW Pemuda Pancasila Maluku Utara, Santrani juga pernah menjadi Ketua DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Maluku Utara.

Menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN)

 

Santrani mengawali karier sebagai ASN di lingkungan Pemerintah Kota Ternate. Lalu, ia hijrah ke Kabupaten Halmahera Selatan. Santrani benar-benar memulai kariernya dari bawah, yaitu sebagai Kasie Pemerintah Pada Kantor Camat Bacan Timur, pada Tahun 2007. Di tahun 2009, ia diangkat menjadi Kepala Bidang Pengembangan dan Pemukiman Dinas PUPR Halmahera Selatan.

Kemudian, tepatnya di tahun 2010, ia dipercayakan sebagai Sekretaris PUPR Kabupaten Halsel. Dan pada tahun 2011 Santrani dipercayakan menjabat Plt. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Halsel.

Dari Halsel Santrani hijrah ke Kementrian PUPR, di Jakarta. Di tahun 2014, Santrani kemudian dipercayakan menjabat sebagai Kepala Dinas Perhubungan di Kabupaten Kepulauan Sula. Selanjutnya, di tahun 2015, ia menjadi Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Provinsi Maluku Utara. Tak berselang lama tepatnya di tahun 2016, ia dipercayakan sebagai Sekretaris Perkim Provinsi Maluku Utara.

Lalu, di tahun 2017 Santrani di angkat menjadi Kepala Dinas Perkim Provinsi Maluku Utara. Dan dua tahun kemudian tepatnya pada Tanggal 29 Agustus 2019, Santrani diamanahkan sebagai Kepala Dinas PUPR Provinsi Maluku Utara.

Semasa menjabat Kadis PUPR, banyak hal yang ditorehkan Santrani, salah satunya adalah menata wajah Sofifi, Ibu Kota Provinsi Maluku Utara. Di tangan dia, penataan kota, dari pedestrian hingga bundaran sebagai ruang publik, membuat Sofifi kala itu tak dipandang remeh, ya, walaupun saat ini dipandang remeh, mungkin karena Pemprov tidak lagi peduli.

“Kita harus berusaha untuk membangun kembali kepercayaan diri masyarakat. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan membangun infrastruktur yang tujuannya mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” kata Santrani.

Selain itu, Santrani juga membangun masjid raya Sofifi yang diberi nama Shaful Khairaat. Masjid tersebut pada 2021 lalu, dijadikan sebagai venue utama acara Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) Tingkat Nasional. Tak hanya itu, ia juga membangun puluhan ruas jalan-jembatan yang tersebar di beberapa Kabupaten/Kota di Maluku Utara.

Sebelum memutuskan untuk pensiun dini dari ASN pada tahun 2022, di penghujung kariernya sebagai ASN, Santrani mendapat Penghargaan Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI, Joko Widodo.

“Insyaallah, niat saya dan Pak Bustamin maju sebagai calon walikota dan wakil walikota semata-mata untuk Ternate maju dan jauh lebih baik,” kata Santrani.

Maju sebagai Calon Wali Kota Ternate

 

Salah satu alasan Santrani Abusama memutuskan pensiun dini, agar bisa mengikuti Pilkada Kota Ternate. Santrani maju berpasangan dengan Bustamin Abdulatif (SAMBUT).

Pasangan ini mengusung visi “Diahi Ternate”. Mereka telah resmi mendaftar di KPU Ternate, Pada Kamis (29/8/2024). Keduanya diusung 6 partai politik, yaitu Partai Gelora, PSI, Partai Garuda, Partai Buruh, Partai PKN dan Partai Ummat.

10 poin program prioritas yang ditawarkan pasangan “SAMBUT” di antaranya:

  1. Penerapan nilai-nilai budaya adat seatorang yang bersumber dari Kesultanan Ternate disubsidi sebedar Rp 5.000.000.000,-/tahun sebagai upaya peningkatan kesejahteraan serta dibangunnya saluran roil di air santosa dan direlokasinya warga di seputaran dodoku Ali dan teknisnya akan didiskusikan dengan pihak kesultanan Ternate.
  2. Peningkatan pembangunan sumberdaya manusia di bidang kesehatan dan pendidikan akan digratiskan dengan model subsidi sesuai dengan tingkat pendapatan masyarakat.
  3. Peningkatan intensif petugas sampah Rp 4.000.000,-/bulan.
  4. Peningkatan kesejahteraan intensif para imam/pengurus di 142 masjid se-Kota Ternate yakni sebanyak Rp 10.000.000,-/mesjid dan khusus masjid raya Al-munawwar Rp 15.000.000,-/bulan serta pengurus gereja Rp 5. 000.000/bulan.
  5. Peningkatan intensif pegawai tidak tetap untuk sarjana Rp 3.000.000/bulan dan untuk SMA/sederajat Rp 2.500.000/bulan.
  6. Subsidi Listrik kepada masyarakat dengan beban 450 watt sebesar Rp 100.000,-/bulan dari tagihan biaya yang dibebankan oleh PLN.
  7. Konservasi Sumber Daya Air dengan model pembuatan sumur resapan air di setiap berangka/kalimati dan embung konservasi.
  8. Reformasi birokrasi dengan sistem pelayanan prima yang efisien dan efektif.
  9. Mempercepat penyelesaian pembangunan infrastruktur yang mangkrak dan menata kembali ruang terbuka hijau, drainase dan penataan trotoar, lampu jalan dan jalan lingkungan.
  10. Penataan kawasan parkiran sebagai bentuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

#Semoga

***

Ghun Wahys
Editor
Fikram Sabar
Reporter