Mimbarmalutcom – Calon Wali Kota Ternate, Tauhid Soleman baru-baru ini bertemu dengan Sukarjan Hirto yang pernah divonis Korupsi Anggaran Haornas Tahun 2018. Di pertemuan itu, Sukarjan kemudian menyatakan sikap kembali mendukung Tauhid pada Pilwako yang bakal berlangsung di 27 November 2024 mendatang.

Pernytaan sikap dukung dan menangkan calon Wali Kota incumbent, Tauhid Soleman pada kompitisi perebutan kekuasaan di Pilwako. Sukarjan Hirto malah disebut tak punya basis dan membuat keluarganya kecewa.

Bagaimana tidak! sikap Sukarjan yang pernah menjadi tahanan di Rutan Kelas II B alias seorang Napi ini dituding tidak punya basis dan simpatisan di wilayah Dufa-dufa. Bahkan Sukarjan dibekuk hanya membuat malu terhadap keluarga besar Hirto usai dirinya terjaring tindak pidana korupsi dalam kasus Hari Olahraga Nasional (Haornas).

Sukarjan Hirto juga disebut-sebut hanya bersikap secara personal diri sendiri, sebab dikatakan dirinya tidak punya basis dan simpatisan. Hal itu disampaikan Sekretaris Tim Koalisis Partai Pemenang Santrani Abusama dan Bustamin Abdul Latif.

“Dia (Sukarjan) mendukung Tauhid di Pilwako Ternate hanya bersifat personal,” ungkap Sekretaris Tim Koalisi Partai Pemenang Santrani Abusama – Bustamin Abdul Latif (SAMBUT), Akbar M Dal pada Selasa, 3 September 2024 kemarin.

Lebih lanjut, Akbar mengisahkan basis pendukung yang dimaksud oleh Sukarjan terhadap Tauhid usai dirinya keluar dari jeruji besi atas kasus korupsi. Sebab kata Akbar, kemenangan Tauhid di Pilwalko 2020 kemarin adalah kerja keras pihaknya bersama timnya yang hari ini telah menyatakan sikap mendukung pasangan SAMBUT.

“Kalau dia bawa-bawa warga Dufa-Dufa, warga Dufa-Dufa yang mana? basisnya berapa? Jangan bawa-bawa warga Dufa-Dufa, karena sikap dia hanya personal saja,” cakap Akbar yang juga warga Dufa-dufa.

Tak hanya itu, sikap Sukarjan tersebut rupanya membuat orang dekatnya angkat bicara, seperti salah satu saudara kandungnya yang enggan namanya dipublish ini menyesalkan sikap Sukarjan. Menurutnya, langkah Sukarjan justeru mempermalukan diri dan keluarga besar Hirto.

“Ini bukan soal beda pilihan dalam politik, karena soal beda pilihan itu sudah diajarkan oleh torang pe (kami punya) orang tua tapi ini persoalan harga diri. Rasa malu,” ungkapnya.

Ghun Wahys
Editor
Fikram Sabar
Reporter