Oleh : Ida Ayu Saputri, S. Pd

 

Kondisi Gaza, terutama yang dialami oleh anak-anak semakin mengenaskan. Setiap hari, anak-anak Gaza menjadi korban utama dalam konflik yang tak berkesudahan terjadi di wilayah Negara Palestina.

Hal itu juga terupdate jelas berdasarkan laporan dari Komisioner UNRWA (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) Philippe Lazzarini: “Israel telah melanggar semua aturan perang dengan membantai warga sipil tanpa pandang bulu, termasuk anak-anak” dilansir tirto (23/12/24).

Serangan yang terjadi setiap saat tidak hanya mengancam nyawa, tetapi juga merusak infrastruktur vital yang sangat dibutuhkan oleh warga Gaza, seperti rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Akibatnya, banyak anak-anak yang terluka dan tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai.

Dalam sebuah pernyataan UNRWA Setiap jam, satu anak Gaza tewas akibat serangan militer Israel, dilansir Beritasatu (25/12/24). Ini mencerminkan betapa besar penderitaan yang dialami oleh generasi muda Palestina. Selain itu, laporan dari WHO juga mengungkapkan bahwa serangan militer Israel telah menghancurkan rumah sakit di Gaza Utara, yang semakin memperburuk krisis kesehatan di wilayah tersebut, terutama bagi anak-anak yang membutuhkan perawatan medis segera.

Menurut UNICEF Tahun 2024 kemarin, diperkirakan akan menjadi salah satu tahun terburuk dalam sejarah bagi anak-anak Gaza, karena semakin banyak dari mereka yang kehilangan orang tua, rumah, serta masa depan yang cerah.

Di tengah penderitaan yang semakin parah, umat Islam tidak dapat lagi mengandalkan dunia internasional. Banyak negara besar yang lebih memilih untuk mendukung kepentingan Zionis, sementara pemimpin dunia Muslim hanya menggunakan isu Palestina untuk pencitraan tanpa mengambil tindakan nyata.

Solusi dua negara yang diajukan oleh Negara-negara Barat yang berlandaskan pada Kapitalisme, terbukti tidak mampu mengatasi permasalahan yang ada. Bahkan, solusi tersebut malah memperburuk keadaan dan memberikan legitimasi pada penjajahan Zionis di Palestina.

Sistem kapitalisme yang ada saat ini, yang memperburuk ketidakadilan di dunia, telah memberikan ruang bagi penjajahan Zionis untuk melancarkan serangan tanpa henti terhadap rakyat Palestina. Kapitalisme telah melahirkan sebuah sistem yang tidak memberikan keadilan bagi Palestina dan umat Islam secara keseluruhan.

Oleh karena itu, umat Islam perlu memiliki agenda yang lebih jelas dan ideologis untuk menghadapi penjajahan ini. Mereka harus bersatu dan menyatukan pemikiran serta perasaan untuk menggerakkan pemuda-pemuda di seluruh dunia Islam untuk bangkit dan berjuang bersama dalam membebaskan Palestina.

“Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan”, (QS. Al Isra Ayat 33). Ayat ini memberikan peringatan keras tentang larangan membunuh orang yang tidak bersalah.

Ulama tafsir seperti Al-Qurtubi dalam tafsirnya menyatakan bahwa ayat ini mengingatkan umat Islam untuk menjaga nyawa manusia karena nyawa adalah hak yang tidak boleh diganggu gugat, kecuali dalam situasi yang diizinkan oleh syariat, seperti dalam kasus keadilan. Dalam konteks perjuangan Palestina, ayat ini memberikan prinsip penting bahwa penindasan dan kekejaman yang dilakukan oleh penjajah, yang menyebabkan hilangnya banyak nyawa tidak berdosa, adalah sebuah perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam.

Oleh karena itu, umat Islam dituntut untuk berdiri teguh dan melawan penindasan tersebut dalam kerangka yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Hadis Nabi Muhammad SAW: “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak boleh menzalimi dan tidak boleh membiarkan ia dizalimi.”

Hadis ini menggarisbawahi pentingnya persaudaraan antar sesama Muslim dalam konteks perjuangan membebaskan Palestina, para ulama menafsirkan hadis ini sebagai panggilan bagi umat Islam untuk bersatu dalam menghadapi musuh yang menindas sesama Muslim. Ulama seperti Ibn Hajar Al-Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa umat Islam harus saling mendukung satu sama lain, terutama dalam situasi yang membahayakan umat, seperti apa yang terjadi di Gaza dan Palestina. Oleh karena itu, membiarkan penderitaan umat Islam yang tertindas di Palestina adalah sebuah pengkhianatan terhadap prinsip solidaritas ini.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat hingga kaum Muslimin memerangi orang-orang Yahudi. Mereka akan berperang dengan orang-orang Yahudi, dan orang-orang Yahudi akan bersembunyi di balik batu dan pohon. Batu dan pohon itu akan berkata: ‘Wahai Muslim, wahai hamba Allah, di belakangku ada orang Yahudi, datanglah dan bunuh dia!’ Kecuali pohon gharqad, karena itu adalah pohon orang Yahudi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menjelaskan bahwa perjuangan untuk membebaskan Yerusalem dari tangan penjajah akan menjadi bagian dari tanda-tanda akhir zaman. Menurut tafsir al-Nawawi, hadis ini menunjukkan pentingnya peran umat Islam dalam membebaskan Al-Quds, yang merupakan salah satu tanah suci dalam Islam.

Ulama juga mengaitkan hadis ini dengan kewajiban umat Islam untuk menjaga dan melindungi Al-Quds, yang menjadi simbol kebangkitan umat Islam. Dalam Sistem Islam, pembebasan Yerusalem adalah salah satu tujuan besar yang harus diperjuangkan, dan hal ini menuntut persatuan umat Islam untuk mewujudkannya.

Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dalam bukunya ”Nidham al-Khilafah” menjelaskan bahwa sebuah Kepemimpinan Islam adalah kewajiban yang harus ditegakkan oleh umat Islam. Ia berpendapat bahwa Kepemimpinan Islam adalah satu-satunya sistem yang dapat menyatukan umat Islam secara global, memberikan kekuatan dalam menghadapi musuh-musuh Islam, serta memperjuangkan hak-hak umat Islam, termasuk membebaskan Palestina.

Menurutnya, tanpa Kepemimpinan Islam, umat Islam tidak akan memiliki kekuatan politik yang cukup untuk membela tanah suci mereka dan menghadapi penjajahan yang terus berlangsung.

Pendapat Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani terkait Palestina sangat jelas: ”Pembebasan Palestina hanya akan terwujud melalui tegaknya Kepemimpinan Islam.” Beliau menekankan bahwa Kepemimpinan Islam memiliki kekuatan politik dan militer yang mampu melawan penjajahan Zionis Israel, serta membebaskan Al-Quds dan tanah Palestina secara keseluruhan.

Menurutnya, negara Islam akan dipimpin oleh seseorang yang adil yang akan menyatukan umat Islam dan mengerahkan seluruh daya untuk melindungi tanah Islam yang terjajah, termasuk Palestina. Pendapat Syaikh Taqiyuddin ini menekankan bahwa upaya untuk membebaskan Palestina harus dilakukan dalam kerangka yang lebih luas, yakni melalui tegaknya sistem pemerintahan yang berdasarkan syariat Islam.

Sebagai solusi global untuk umat Islam, yang akan memberikan kekuatan yang diperlukan untuk menanggulangi ketidakadilan dan penjajahan terhadap umat Islam, termasuk di Palestina.

***

Fikram Sabar
Editor
Fikram Sabar
Reporter