“Dikhawatirkan ada banjir susulan ketika turun hujan, untuk itu, warga diminta tetap berada di kamp pengungsian sampai kondisi cuaca benar-benar membaik,” imbuh Wakil Bupati Halmahera Selatan itu.

Ditempatkan itu juga, salah seorang warga yang juga tokoh agama di Desa Amasing Kota Utara, Husen Radjaloa menuturkan peristiwa hingga mengakibatkan sejumlah rumah warga tak bisa ditempati.

Kata Husen, air mulai meluap pada pukul 6 pagi WIT. Luapan air itu dimulai dari sungai Paisu Matina atau sering di sebut warga Amasing sebagai Air Mati.

“Jam 6 pagi, air sudah mulai meluap ke pemukiman warga melalui Sungai Mati dari Desa Amasing Kali, tepat pukul 9 pagi tadi warga sudah mulai mengungsi karena air sudah setinggi lutut orang dewasa,” ucapnya.

“Bahkan sebagian warga menggunakan perahu untuk mengangkut barang-barang seadanya ke tempat pengungsian,” sambungnya.

Untuk sementara data yang diperoleh media ini dari otoritas kebencanaan Pemkab Halsel menyebutkan, jumlah pengungsi di gedung SMPN 1 Halsel sebanyak 20 KK atau 82 jiwa.

Dari data tersebut, termasuk 6 anak, 2 balita dan 1 bayi sementara yang mengungsi di gedung SD Negeri 12 Halsel sebanyak 4 KK atau 17 jiwa.

Sementara untuk jumlah rumah warga yang terdampak banjir di RT02 sebanyak 12 rumah dengan 15 KK atau 60 jiwa. Kemudian RT03 sebanyak 44 rumah dengan 85 KK atau 300 jiwa dan RT04 ada 56 rumah, 89 KK atau 342 jiwa.

***

Fikram Sabar
Editor
Mimbar Malut
Reporter