Oleh : Harmawi Ade

Suasana Politik Desa

Politik adalah usaha mencapai kehidupan yang baik. Pada sebuah kelompok masyarakat dalam menghadapi keterbatasan sumber daya, perlu dicari suatu cara distribusi supaya masyarakat merasa bahagia dan puas. Cara inilah yang disebut Politik.(Miriam Budiardjo). Politik merupakan usaha mengharmoniskan pola kehidupan bermasyarakat melalui peraturan-peraturan yang disusun. Dari pengertian diatas tentunya Politik digagas sebagai cara untuk melerai berbagai konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat serta membawa masyarakat menuju kesejahteraan.

Sekarang Politik yang dipahami oleh masyarakat sebagai sesuatu yang jahat dan buruk, akibat dari praktek dalam penggunaan politik yang salah. Belum lama ini sekitar empat tahun lalu terjadi kudeta atas pimpinan desa. Peristiwa tersebut memicu konflik yang merenggangkan silaturahmi antar sesama masyarakat. Suhunya masih terasa diberapa tahun terakhir,walau tidak kentara di permukaan. Dalam satu kali periodesasi, Desa sakam mengalami situasi pemerintahan yang buruk.

Hal ini ditandai dengan pergantian kepala desa sebanyak lima kali. Kondisi pemerintahan desa terombang-ambing ditengah gelombang politik daerah. Saya tidak berniat sama sekali untuk menampilkan secara detail bagaimana hal itu terjadi.

Dari peristiwa kudeta hingga PAW (Pemilihan Antar Waktu) dan berlanjut sampai pengambilalihan pemerintahan desa dari kecamatan sampai ke penunjukan kepala desa setalah usai pemilihan Bupati pada November 2024 kemarin, sekiranya memiliki keterkaitan antara kebijakan politik didaerah yang merambah ke pelosok desa.

Karena bukan hanya didesa Sakam yang terjadi demikian, tapi beberapa desa di kabupaten halmahera tengah juga mengalami nasib pemrintahan yang sama. Konflik yang terjadi empat tahun lalu, dalam kacamata saya sendiri masih ada konfrontasi tak nampak. Pun bisa saja hal ini akan mencuat dipermukaan ketika terjadi kesalahpaman dalam kehidupan masyarakat, walaupun itu kecil.

Berangkat dari situasi demikian, kita akan menjumpai sebuah kondisi politik yang menandai masyarakat dengan warna yang berbeda, berdasarkan pada sikap politiknya. Dari sikap politik dan kebijakan politik daerah yang kemudian harus kita cermati baik-baik adalah bagaimana efek politiknya didesa. Kenapa demikian?, Karena dari sekian banyak jawaban yang disediakan fakta, bagi saya yang selalu mendominasi pola perpolitikan desa bersumber pada situasi politik daerah.

Tidak menutup kemungkinan kalau pendidikan politik yang demikian buruk ini selalu saja dipraktekkan dalam wahana demokrasi didesa, tentu pasti akan hilang sebuah keharmonisan masyarakat yang berasaskan Gotong-royong. Semuanya akan cenderung saling membeda-bedakan dengan rasa ego dan dendam yang terus bertahan, bukan berarti tidak ada jalan lagi untuk meredam hal tersebut.

Semuanya dikembalikan pada pelaku politik, baik pada sikap maupun kebijakan politiknya dan juga harus disertai dengan pembacaan dampak politik terhadap kehidupan masyarakat. Terkhususnya masyarakat didesa.

Pendidikan politik bermoral akan menjadi jembatan emas sekaligus obat bagi mereka yang kecanduan atas dampak negatif politik. Sebenarnya, untuk menemukan inti kerusakan dari masalah yanga ada, bisa kita temui pada cara masyarakat mengartikan politik. Masyarakat yang telah atau sedang dalam perjalanan memasuki jebakan politik ego yang mendominasi. Padahal politik merupakan manajemen yang mengatur pola kehidupan masyarakat agar lebih baik.

Fikram Sabar
Editor