Dalam hal ini memperkecil dan bahkan menghilangkan berbagai kertersinggungan sosial dan konfrontasi antar etnis. Lebih dari itu, politik juga melahirkan cara berdemokrasi yang berusaha menghilangkan budaya hierarki feodalisme.
Ekonomi; Hutan Menjadi Rimbah Menakutkan
Ekonomi dalam kacamata Karl Marx merupakan Subrastruktur dari struktur masyarakat. Subrastruktur yang dimaksud adalah Fondasi atau dasar yang menyeimbangkan struktur masyarakat. Sementara istilah Struktur yang digunakan Karl Marx mengarah pada Politik, agama, sosial budaya, dan pendidikan. Karena itu untuk membangun masyarakat sejehtera, ekonomi menjadi dasar paling awal yang harus dipenuhi.
Selanjutnya, untuk menunjang kehidupan masyarakat, pekerjaan menjadi hal paling vital dalam keberlangsungan hidup mereka. Bukan hanya itu, pekerjaan dan ekonomi seperti ayah dan anak, keduanya memiliki hubungan yang saling menopang dan melindungi antar sesama. Ekonomi adalah sistem sementara pekerjaan adalah bentuk teknisnya. Bertani merupakan pekerjaan pokok masyarakat Sakam, karena itu satu-satunya pekerjaan yang menjadi sumber ekonomi. Hal ini sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun di lakukan.
Secara Historis, Masyarakat dan Hutan seperti dua mata koin yang tak bisa dipisahkan, keduanya memiliki hubungan yang Alamiah, jauh sebelum kehadiran negara. Relasi ini bermuara pada ketergantungan hidup masyarakat dengan hutan, dimana masyarakat membutuhkan hutan untuk keberlangsungan hidup mereka.
Fakta historis ini merupakan jejak identitas pekerjaan masyarakat yang sudah turun temurun dilakukan, sehingga sudah menjadi sesuatu yang mengakar dalam kehidupan masyarakat.
Peristiwa tragis di hutan Damuli yang menghilangkan Tiga nyawa masyarakat patani dan juga teror yang berlangsung secara terus menerus dalam berapa tahun berjalan.
Peristiwa dan teror ini membuat masyarakat trauma dan takut pergi ke hutan untuk memanen tanaman bulanan (Singkong, Ubi Jalar, Pisang dll) dan tahunan (Pala, Kelapa dll) mereka. Aktfitas bertani ini sudah jarang dilakukan, bukan karena tidak mau tapi karena takut.
Ditengah meningkatnnya kebutuhan hidup yang semakin meninggi, masyarakat diberi dua pilihan yang sama berbahaya yakni memilih pergi ke hutan dan siap dengan ancaman kematian karena ulah dari OTK (orang tak di kenal) atau memilih diam dan mati kelaparan. Pemerintah Daerah dan pihak yang berwenang sampai sekarang juga belum mengungkapkan motif pembantaian yang tak berprikemanusiaan ini, belum juga diketahui siapa pelakunya.
Ada solusi yang dihadirkan tapi hanya sebatas pembangunan Pos TNI di jalan lintas antara Desa Damuli dan Desa Nursifa. Solusi ini tidak bisa menjamin keaamanan dan menghilangkan rasa takut masyarakat terhadap ancaman dan teror.
Dalam dilemah, isu Perusahaan Tambang datang seperti malaikat penyelamat, yang akan membebaskan masyarakat dari rasa takut akan ancaman dan teror, juga dapat membantu menopang kebutuhan ekonomi masyarakat.
Peristiwa Pembunuhan dan isu masuknya Pertambangan masih menjadi pertanyaan besar, baik di kalangan mahasiswa dan komunitas lainnya. Apakah ini memang desain dari oknum-oknum tertentu yang sengaja menakut-nakuti masyarakat lewat kasus yang belum terungkap pelakunya, serta teror untuk menghentikan aktifitas masyarakat yang mengantungkan hidupnya di hutan! Waulahuallam bissawab.
***
Tinggalkan Balasan